Pernahkah terpikir Anda berhenti merokok? Hal ini tidak hanya menyehatkan tubuh, tapi mampu membuat Anda lebih bahagia, jauh dari rasa cemas dan depresi.
Sebuah studi baru mengatakan, gejala depresi pada orang yang mencoba berhenti merokok lebih berbahagia ketika mereka berhasil memulai. Christopher Kahler, penulis jurnal “Nicotine” dan “Tobacco Research” yang juga seorang profesor riset kesehatan masyarakat di Warren Alpert Medical School of Brown University menyatakan, “Tidak dapat berhenti merokok karena mereka mungkin takut, secara psikologis. Padahal, perubahan perlu dilakukan demi umur yang lebih panjang.” Demikian informasi dari Health24, Senin (6/12/2010).
Meningkatkan “Mood”
Kahler dan tim meneliti 236 pria dan wanita yang berusaha untuk berhenti merokok, yang kebetulan juga peminum berat. Mereka menerima plester nikotin dan konseling untuk berhenti merokok serta menjalani tes standar depresi per 2 pekan, 8 pekan, 16 pekan, dan 28 pekan setelah tanggal tes tersebut.
“Hasilnya, perokok yang mampu berhenti sementara akan memiliki suasana hati yang lebih baik. Hal ini lebih baik ketimbang mereka yang tidak dapat berhenti merokok. Terdapat korelasi waktu antara kebahagiaan dan pantangan dalam mengirimkan pesan,” sahut Kahler, yang berbasis di Brown Center untuk “Studi Alkohol dan Ketergantungan”.
Subjek yang tidak dapat berhenti, tetap menjadi yang paling tidak bahagia selama penelitian. Mereka yang berhenti dan merasa kembali adalah pantangan merupakan subjek yang paling bahagia untuk memulai dan tetap pada tingkat yang sama meraih kebahagiaan.
“Hasil penelitian ini dapat digeneralisasi untuk kebanyakan orang, meski perokok dalam penelitian ini juga minum dalam kadar relatif tinggi,” jelasnya.
Meski perubahan mood yang diukur tidak berkolerasi dengan dampak penurunan minum hanya dengan pengurangan dan kembalinya merokok.
Ironi
Banyak yang beralasan merokok adalah cara efektif untuk mengobati perasaan negatif dan depresi. Kahler menyatakan, “Jika mereka berhenti merokok, maka gejala depresi akan turun dan jika mereka kambuh, suasana hati mereka kembali ke tempat semula. Antidepresan yang efektif harusnya seperti itu.
Sebuah studi baru mengatakan, gejala depresi pada orang yang mencoba berhenti merokok lebih berbahagia ketika mereka berhasil memulai. Christopher Kahler, penulis jurnal “Nicotine” dan “Tobacco Research” yang juga seorang profesor riset kesehatan masyarakat di Warren Alpert Medical School of Brown University menyatakan, “Tidak dapat berhenti merokok karena mereka mungkin takut, secara psikologis. Padahal, perubahan perlu dilakukan demi umur yang lebih panjang.” Demikian informasi dari Health24, Senin (6/12/2010).
Meningkatkan “Mood”
Kahler dan tim meneliti 236 pria dan wanita yang berusaha untuk berhenti merokok, yang kebetulan juga peminum berat. Mereka menerima plester nikotin dan konseling untuk berhenti merokok serta menjalani tes standar depresi per 2 pekan, 8 pekan, 16 pekan, dan 28 pekan setelah tanggal tes tersebut.
“Hasilnya, perokok yang mampu berhenti sementara akan memiliki suasana hati yang lebih baik. Hal ini lebih baik ketimbang mereka yang tidak dapat berhenti merokok. Terdapat korelasi waktu antara kebahagiaan dan pantangan dalam mengirimkan pesan,” sahut Kahler, yang berbasis di Brown Center untuk “Studi Alkohol dan Ketergantungan”.
Subjek yang tidak dapat berhenti, tetap menjadi yang paling tidak bahagia selama penelitian. Mereka yang berhenti dan merasa kembali adalah pantangan merupakan subjek yang paling bahagia untuk memulai dan tetap pada tingkat yang sama meraih kebahagiaan.
“Hasil penelitian ini dapat digeneralisasi untuk kebanyakan orang, meski perokok dalam penelitian ini juga minum dalam kadar relatif tinggi,” jelasnya.
Meski perubahan mood yang diukur tidak berkolerasi dengan dampak penurunan minum hanya dengan pengurangan dan kembalinya merokok.
Ironi
Banyak yang beralasan merokok adalah cara efektif untuk mengobati perasaan negatif dan depresi. Kahler menyatakan, “Jika mereka berhenti merokok, maka gejala depresi akan turun dan jika mereka kambuh, suasana hati mereka kembali ke tempat semula. Antidepresan yang efektif harusnya seperti itu.
No comments:
Post a Comment